Recent

Thursday, December 31, 2009

CINTA SEJATI HAMBA SUFI (Prolog Mutiara Diwan)


Cinta yang dalam tasawuf dikenal dengan istilah mahabbah, adalah pilar utama bagi kehidupan seorang sufi, karena dasar setiap gerak dan diam adalah cinta. tiada kehidupan tanpa cinta dan dengan cinta kehidupan tercipta. tertulis pada kitab-kitab para Nabi, "Wahai hamba-KU, AKU bagimu adalah DZAT yang mencintai, maka jadilah engkau seorang yang mencintai-KU karena cintamu itu adalah hak-KU atas kamu".

Cinta ALLAH SWT kepada seorang hamba ditunjukan dengan kedekatan-NYA pada hamba itu, sedangkan cinta hamba kepada ALLAH SWT ditunjukkan dengan taat melakukan perintah-NYA, menjauhi larangan-NYA dan mempersembahkan kepasrahan total di hadapan-NYA. ini baru sebatas pangkal cinta kepada ALLAH SWT yang bersifat kasbiyah, bisa dicapai dengan upaya-upaya manusiawi oleh siapapun.

Puncak cinta berakhir dengan disingkapnya hijab oleh ALLAH SWT, dibukanya pintu, dan dipersilahkannya seorang hamba masuk ke hadirat ALLAH SWT bersama para ahbab, para pecinta yang mempunyai maqam khusus dihadapan-NYA. puncak ini bersifat wahbiyah, sebuah anugerah yang diberikan kepada orang-orang yang dikehendaki-NYA diantara para hamba yang telah melalui upaya-upaya kasbiyah.

Seorang sufiyah besar, Rabi'ah al-Adawah, pernah mengilustrasikan cintanya yang rumit itu dalam sebuah syair
Kucintai ENGKAU dengan dua cinta,
Cinta karena kecenderungan hawa dan
cinta karena memang ENGKAU lah yang layak dicinta

cinta hawa menyibukkanku untuk mengingat-MU dari yang lain
Sedangkan yang ENGKAU layak dicintai itu karena
Memang ENGKAU lah yang menyingkap hijab untukku

Sama sekali tiada puji bagiku
Dalam cinta manapun
Tapi bagi-MU lah segala puji itu


Rabi'ah mengisyaratkan adanya dua bentuk cinta. pertama, cinta yang lahir dari kesaksian kepada kemurahan Tuhan dalam bentuk kecukupan hajat hidup insaniyah dan kenikmatan inderawi (Hissiyah) serta kehormatan harga diri (ma'nawiyah), sehingga tiada disangkal jika hati cenderung dan tergiring untuk mencintai DZAT pemberi kemurahan itu. cinta seperti inilah yang disebut dengan cinta karena kecenderungan hati.

Kedua, cinta yang lahir dari kesaksian hati kepada adanya kesempurnaan. jika hijab yang menyelimuti hati seorang hamba dibuka oleh ALLAH SWT, maka tampaklah oleh hamba tersebut keindahan dan kesempurnaan Tuhan dalam segala hal. pada saat demikian, secara otomatis lahir rasa cinta yang kokoh seorang hamba kepada ALLAH SWT.

Cinta kedua inilah yang sesungguhnya paling hakiki, karena seorang hamba tidak lagi melihat seberapa besar ALLAH SWT memberikan kecukupan hajat hidupnya, melainkan sebuah cinta yang melintasi segala ruang dan waktu serta mengatasi segala keadaan, baik suka maupun duka, baik ketika berkecukupan maupun papa.

Segala gerak jasad dan desah nafas adalah tarikan cinta sejati yang tiada pernah terhenti. itulah "Kisah Keajaiban Cinta" (Jalaludin Rumi: Mutiara Diwan-i-Syamsi Tabriz)

1 comment: