Recent

Tuesday, December 15, 2009

KISAH KEAJAIBAN CINTA 2

MENEMBUS KABUT FEODALISME GURU - MURID

Yang menarik dalam kisah antara guru dan murid adalah bagaimana seorang murid itu menempatkan gurunya yang begitu mulia dihadapannya. ia adalah cermin, yang bersamanya ia bercinta dengan Tuhan hingga melupakan yang lain. kebersamaan dalam cinta antara guru dan murid itu kadangkala membuat orang lain tidak bisa memahami apa yang tengan dilakukan oleh seorang murid karena gurunya. kadangkala juga mereka tak mampu merasakan suatu kisah keajaiban cinta, dimana seorang murid telah tenggelam didalamnya.

Hubungan guru dan murid, merupakan hubungan persahabtan yang penuh dengan harum cinta. ia menjadi kesah keajaiban cinta yang melahirkan kearifan-kearifan hidup. kisah yang tak akan mampu dipahami oleh akal yang masih dipenuhi nafsu.

Seorang sahabat (bagaimanapun wujud fisiknya) bisa menjadi guru yang menjadi cermin pemantul cinta. maka persahabatan baginya dapat melahirkan berbagai pencerahan batin yang terlihat dari hati, mata, kata-kata, bahkan seluruh panca inderanya pun akan memantulkan sebuah cahaya ilahi. bahkan secara wujudpun bisa memberikan ajaran-ajaran meski bentuknya adalah permohonan dan pertanyaan. kalau ukurannya kita bisa mengambil (sebagian) ilmu dari seorang sahabat, bisa dikatakan seorang sahabat adalah guru kita. seperti contohnya mari kita kembali menyimak hubungan antara Nabi Musa as. dengan Nabi Khidir as. benarkah Nabi Khidir itu adalah guru dari Nabi Musa? dan memang, pertemuan keduanya telah melahirkan pencerahan spiritual bagi Nabi Musa as. karena itu, kita bisa menyimpulkan bahwa Nabi Khidir as. adalah guru spiritual Nabi Musa as. namun, Nabi Khidir tidak mengkerangkakan hubungan itu dalam bentuk hubungan sosial yang feodal. sekali lagi, tidak ada hubungan yang feodalistik diantara keduanya. oleh Nabi Khidir, Nabi Musa hanya diminta satu hal yaitu "bersabar".

Murid yang berilmu akan menghormati orang-orang yang suci. hanya hati yang penuh nafsulah yang tak akan pernah bisa memahami pentingnya menghormati orang suci. karena bangga diri dan buta hati, manusia tak lagi memuliakan orang-orang suci. memang benar bahwa sujud kita hanyalah kita persembahkan pada Allah SWT. sekarang mari kita pahami perintah Allah SWT yang menyuruh para malaikat, jin, tumbuh-tumbuhan untuk sujud pada Adam. lantas Adam berkata: "Sujud kepadaku ini untuk-NYA, jika kalian melihatnya berupa dua sujud (satu untukku dan satu untuk-NYA), maka itu adalah ketersesatan dan keingkaran".

Namun, penghormatan itu tidak sama dengan ketaatan buta. dalam karyanya Fihi ma Fihi, Rumi berkata:
"apakah engkau memiliki orang yang engkau percayai atau tidak?",
"ya, aku memiliki orang yang aku percayai dan ia aku cintai".
"apakah kepercayaanmu itu berdasarkan nalar yang benar atau engkau sekedar menutup matamu dan mempercayainya?",
"kepercayaan yang aku miliki tentu dengan nalar!".
"lantas, kenapa engkau mengatakan bahwa menjadi beriman itu harus meninggalkan nalar?itu berarti engkau mengatakan sesuatu yang bertentangan".


Para penempuh jalan sufi disarankan untuk menemukan guru sejati yang dapat memberinya petunjuk, dan untuk memilih Pir (penunjuk jalan) yang akan menunjukkan jalan rohani.

Tulislah siapa yang tergolong Pir yang kenal jalan itu, pilihlah Pir dan sebut ia sebagai hakikat jalan itu.
Pir bagaikan musim panas, dan orang lain serupa dengan musim gugur. ia adalah bulan yang memberi cahaya diwaktu malam.


Sebab, perjalanan rohani tanpa petunjuk dari mereka yang pernah mengalaminya sangat beresiko.

Pilihlah Pir (penunjuk jalan)! tanap seorang Pir, perjalanan itu akan penuh dengan bencana, rintangan, serta bahaya.
Tanpa pengawal kau akan kebingungan walaupun kau berada dijalan yang telah engkau lalui berkali-kali, maka janganlah berjalan sendiri dijalan mana kau pernah hilang, jangan palingkan kepalamu dari sang petunjuk!.


Guru itu adalah Pir. ia sekedar penunjuk jalan. tanpa penunjuk jalan, sangat mungkin kita tersesat. maka carilah petunjuk dari siapapun yang bisa memberi petunjuk. hormatilah ia, selayaknya menghormati orang suci. serahkan diri kita padanya dalam hal-hal yang memang keahliannya. sebab (sebagaimana sabda Rasulullah SAW) menyerahkan sesuatu pada yang bukan ahlinya hanya akan menghancurkannya saja.

0 komentar:

Post a Comment