Recent

Syeikh Abul Hasan Asy Syadzili : Tentang "Siksaan"

Siksaan itu terdiri dari empat macam : 1. Siksaan melalui adzab. 2. Siksaan melalui hijab. 3. Siksaan melalui pengekangan , dan 4. Siksaan ...

Gus Dur : Tentang tasawuf dan Wihdatul Wujud (Manunggaling kawula lan Gusti)

Di dalam sebuah buku, Alwi Shihab pernah memaparkan bahwa penyebaran Islam di Negeri ini dilakukan antara lain oleh kaum Ulama pesantren.

Dari Mujahadah ke Muraqabah, sampailah pada Musyahadah

Mujahadah : Berjihad menumpas hawa nafsu yang menghalangi jiwa untuk dekat kepada Allah Ta’ala. Muraqabah : Memperhatikan gerak-gerik hati,...

Kita sering merasa yakin, tahukah apa itu "Yakin"?

Dan diantara tanda-tanda Ulama’ Akhirat itu ialah sangat bersungguh-sungguh menguatkan keyakinan. Karena keyakinan itu adalah modal Agama....

Menjadi Manusia Yang Manusiawi

Maksud dari kalimat "Manusia yang manusiawi" adalah menjadi manusia yang baik dan benar, serta manusia yang benar dan baik.

Thursday, January 27, 2011

Sudahkah kita melihat.?


Bila kita bertanya bagaimana dunia yang sedemikian indah, enak, dan selalu dicari orang ini harus dianggap seperti api atau bangkai yang menjijikkan dan selalu berubah? padahal diri dan tabiat kita seperti ini. mungkin perlu kita tahu bahawa orang yang diberi Taufik oleh Allah SWT dan mengerti cacatnya dunia, tentu beranggapan dunia ini benar-benar seperti bangkai yang penuh racun.

Orang-orang (termasuk saya sendiri) yang heran atas keterangan ini, tidak lain adalah orang yang masih mencintai dunia dan masih kabur penglihatan hatinya.

Berikut ini adalah contoh perumpamaan tentang kedudukan dunia bagaikan bangkai yang penuh racun;
Ada seseorang yang membuat manisan (misalnya jenang, dodol, dll) dengan segala adonan-adonannya seperti gula, dan lain sebagainya. kemudian ia membubuhkan racun yang mematikan pada adonan itu. tak jauh dari situ ada dua orang yang satu melihat kejadian itu, dan yang satunya tidak melihat. lalu jenang yang sudah dihias itu disuguhkan pada mereka berdua (yang melihat perbuatannya dan yang tidak melihat).
Orang yang melihat tercampurnya racun pada jenang itu, tentu merasa benci dan dihatinya sama sekali tidak ada keinginan memakan jenang itu, baginya jenang itu bagaikan bangkai (bahkan lebih), karena ia tahu itu akan membinasakan dirinya bila ia memakan jenang yang tercampur racun itu. ia sama sekali tidak terbujuk oleh bentuk lahiriyah dan indahnya hiasan jenang itu.
Adapun orang yang tidak mengetahui adanya racun dalam jenang tersebut, ia pun akan mudah terbujuk oleh bentuk jenang yang telah dihias begitu indahnya. ia ingin sekali (bahkan tidak sabar) hendak melahapnya. ia pun juga pasti heran kepada temannya yang sama sekali tak ingin sedikitpun mencicipi jenang itu bahkan membenci jenang yang begitu menggiurkan, malahan kadang-kadang menganggap bodoh temannya itu.

Andaikata orang yang menyuguhkan jenang itu tidak menaruh racun, melainkan hanya meludah atau membuang ingus pada adonan jenang itu, lalu diberi wewangian dan dihias, maka orang yang melihat semua itu tentu merasa jijik terhadap jenang tersebut dan sangat enggan memakannya, kecuali dalam keadaan sangat terpaksa dan amat Hajat (perlu/butuh). sedangkan orang yang tidak melihat jenang yang sudah tercampur ludah atau ingus, ia tidak mengerti dan akan langsung memakannya walaupun telah tercampur oleh ingus atau ludah.

Inilah perumpamaan barang haramnya dunia bagi orang yang waspada serta istiqamah melakukan tha'at kepada Allah SWT, dibandingkan dengan orang bodoh yang mencintai dunia. Dan seperti contoh dunia bagi dua golongan (yang mengerti dan yang tidak mengerti). keadaan dua orang ini jauh berbeda, padahal watak dan perawakannya sama. penyebabnya tak lain adalah nafsu. yang satu mampu menguasai nafsunya, dan satunya lagi telah dikuasai oleh nafsu itu sendiri dan tak mau menerima nasehat orang lain.

Seandainya orang yang cinta dunia itu melihat apa yang telah dilihat oleh orang yang zuhud, niscaya ia akan ikut membenci dunia. esbaliknya, jika orang yang zuhud itu bodoh dan tidak melihat apa yang juga tidak dilihat oleh orang yang cinta pada dunia, pasti ia pun juga akan ikut mencintai dunia.

Dengan contoh diatas, jelaslah bagi kita bahwa perbedaan dua orang tersebut terletak pada adanya kewaspadaan, bukan karena watak. orang yang waspada terhadap sesuatu pasti timbul banyak pertanyaan, sedangkan ilmu itu sendiri timbul dari sebuah pertanyaan. dan menjalani hidup tanpa ilmu, bukan hanya akan berhadapan dengan bangkai, tapi malah kita yang akan seperti bangkai.

Mohon maaf jika ada pernyataan-pernyataan yang mungkin sedikit kasar atau mungkin malah terlalu kasar, sekali lagi mohon maaf. tapi ini adalah sesuatu yang nyata bagi orang-orang yang sadar dan mau berfikir.