Recent

Tuesday, April 19, 2011

Tujuh langkah tipuan setan (seri pertempuran hati : Iblis VS manusia yang terjaga imannya)


Berikut adalah langkah-langkah setan dalam melancarkan tipuannya kepada manusia, langkah-langkah setan tersebut tergantung pada manusia yang digoda. Andai manusia yang digoda itu lemah imannya, maka serangan setan tidak akan sampai pada tujuh tahap.
Here we go.!!!

- Pertama, setan mencegah seseorang dari berbuat tha’at. Apabila orang itu dijaga oleh Allah Ta’ala, maka ia akan menolak bisikan iblis itu dengan mengatakan : “Hai iblis!!! Aku ini sangat membutuhkan tha’at kepada Allah Ta’ala, karena aku harus mempunyai bekal dari dunia yang fana ini untuk menuju akhirat yang kekal”.

- Kemudian setan menyuruhnya agar menunda. Jika orang itu dijaga oleh Allah Ta’ala, maka ia akan menolak dengan mengatakan : “Batas umurku tidaklah berada dalam kekuasaanku. Disamping itu, kalau aku menunda amal hari ini sampai besok, lalu kapan harus aku kerjakan amal itu jika umurku tidak sampai besok? Karena, setiap hari pasti ada amal yang harus aku kerjakan”.

- Lalu setan menyuruhnya untuk segera bermal. Setan membisikkan : “Baiklah, cepat-cepatlah beramal, agar segera selesai dan dapat mengerjakan amal yang lain”.
Apabila orang itu dijaga oleh Allah Ta’ala, maka ia bisa menolak dengan mengatakan : “Amal sedikit tapi sempurna adalah lebih baik dari pada amal banyak yang tidak sempurna”.

- Kemudian setan menyuruhnya supaya menyempurnakan amal dengan menampak-nampakkan kepada orang lain (riyaa’). Jika orang itu dijaga oleh Allah Ta’ala, maka ia akan menolak dengan mengatakan : “Apa perlunya aku beramal dengan memperlihatkannya kepaa orang lain? Bukankah sudah cukup bagiku bila dilihat oleh Allah Ta’ala?”.

- Lalu setan ingin menjerumuskan orang itu ke dalam ujub (mengagumi amal sendiri). Setan berbisik : “Betapa agung engkau! Betapa waspada engkau! Dan betapa mulia engkau!”. Jika orang itu dijaga oleh Allah Ta’ala, ia akan menolak dengan mengatakan : “Aku mampu beramal baik ini juga karena anugerah dari Allah Ta’ala. Aku tidak bisa apa-apa, aku hanyalah lalu lintas takdir Allah Ta’ala. Allah Ta’ala juga lah yang memberikan anugerah istimewa kepadaku dengan pertolongan-Nya dan juga yang menjadikan amalku bernilai dengan anugerah-Nya. Seandainya tidak ada anugerah Allah Ta’ala, apalah harganya amal ini dibandingkan dengan nikmat Allah Ta’ala yang diberikan kepadaku dan disejajarkan dengan maksiatku kepada Allah Ta’ala?”.

- Kemudian setan datang lagi dengan cara keenam yang merupakan tipu daya paling besar (paling sulit dihindari oleh kebanyakan orang) dan hanya bisa diketahui oleh orang yang benar-benar waspada. Setan berbisik : “Rajinlah engkau beribadah disaat tidak diketahui orang lain, maka Allah Ta’ala bakal menonjolkan dirimu di lain waktu”. Setan berbisik demikian dengan maksud agar amal itu sedikit bercampur dengan riyaa’. Jika orang itu dijaga oleh Allah Ta’ala, maka ia bisa menolak dengan mengatakan : “Wahai makhluk terkutuk!!! Sampai saat ini engkau selalu datang untuk merusak amalku. Dan sekarang kau datang lagi, pura-pura ingin membaguskan amalku, padahal sebenarnya hendak merusak. Aku hanyalah hamba Allah Ta’ala dan DIA lah Tuanku. Jika DIA berkehendak bisa saja DIA menonjolkan diriku kapan saja. Sebaliknya, DIA pun kuasa menyembunyikan. Kalau DIA berkehendak bisa saja menjadikanku sebagai orang yang berharga. Tetapi, DIA juga kuasa menjadikanku sebagai orang yang hina. Itu semua terserah kepada Allah Ta’ala. Aku tidak peduli, apakah akan ditonjolkan pada orang lain atau tidak. Orang lain tidak akan dapat berbuat apa-apa”.

- Kemudian setan itu kembali datang kepada orang itu dengan cara yang ketujuh, dia berbisik : “sesungguhnya engkau tidak perlu melakukan amal semacam ini. Karena, kalau memang engkau ditakdirkan menjadi orang yang beruntung, maka tidak beramal pun tidak apa-apa. Dan jika engkai ditakdirkan menjadi orang yang celaka, maka amalmu tidak akan ada gunanya”.
Apabila orang itu dijaga oleh Allah Ta’ala, maka ia akan menolak dengan mengatakan : “Aku hanyalah hamba!! Hamba wajib melaksanakan perintah karena sifat penghambaannya. Tuhan lebih mengetahui dengan sifat keTuhanan-Nya. DIA berwenang mengenakan hukum apa yang DIA kehendaki. DIA bisa berbuat apa saja yang DIA kehendaki. Disamping itu, suatu amal tetap bermanfaat bagiku, bagaimanapun keadaanku. Sebab, jika aku orang yang beruntung, maka aku membutuhkan amal agar ganjaranku bertambah banyak. Dan jika aku orang yang celaka, aku pun membutuhkan amal supaya aku mencela diriku. Selain itu, Allah Ta’ala tidak akan menyiksaku atas ketha’atanku kepada-Nya dalam keadaan bagaimanapun dan amal itu tidak akan merugikanku. Selain itu juga, seandainya aku dimasukkan ke neraka dalam keadaan tha’at itu lebih aku senangi dari pada aku dimasukkan ke neraka lantaran aku maksiat. Bagaimana tidak, sedangkan janji Allah Ta’ala pasti terwujud dan firman-Nya tentu benar. Allah Ta’ala menjanjikan ganjaran kepada orang-orang yang benar, Allah Ta’ala telah menjanjikan ganjaran kepada orang-orang yang tha’at. Jadi, barangsiapa menghaap Allah Ta’ala dalam keadaan beriman dan membawa ketha’atan, niscaya tidak akan masuk neraka dan pasti masuk surga. Bukan karena ia berhak masuk surga karena amalnya, melainkan sebab janji Allah Ta’ala yang benar”.

Perlu kita ketahui bahwa semua percakapan-percakapan diatas adalah berupa gerakan hati. Karena itu, mari kita waspada. Hati-hati dengan hati kita.
Tiada kekuatan untuk menyingkir dari maksiat dan tiada kekuatan untuk mengerjakan ibadah, jika tidak ada pertolongan Allah Ta’ala yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.

0 komentar:

Post a Comment