Recent

Monday, January 25, 2010

Sekilas tentang percintaan yang ajaib (Syams ad diin dan Rumi)


Tidak banyak yang diketahui dari Syams al-Dien. ia muncul dengan tiba-tiba sebagai seorang darwis (guru spiritual pengelana). ia tiba di Konya -tempat tinggal Rumi- dari kota Tabriz pada sekitar bulan Oktober 1244. ia menginap di penginapan seorang saudagar gula.

Secara kebetulan (lebih tepatnya atas kehendak Allah SWT) Rumi bersama beberap orang terpelajar, mengendarai kudanya sehabis mengajar melewatirumah saudagar gula itu. tiba-tiba, muncul Syams al-Dien memegang kendali kuda Rumi dasn memunculkan sebuah pertanyaan. tak disangka, pertanyaan itu begitu membuat Rumi terkesima hingga mulai saat itu Rumi tidak bisa lepas dari Syams al-Dien. selama tiga bulan mereka mengasingkan diri dari keramaian, siang dan malam. dalam merasakan manisnya pertemuan itu, tiada seorangpun yang melihat keduanya. orang-orang tak pernah mengganggu kebebasan dua orang tersebut.

Para sahabat dan murid-murid Rumi merasa malu melihat guru mereka yang bijaksana bisa terserap dalam diri darwis aneh itu. namun Rumi sendiri merasa telah menemukan "seorang" kekasih sempurna, orang yang di dalam hati dan dirinya mencerminkan cahaya ilahi dengan sempurna. perasaan itu saja tak cukup bagi Rumi. ia menjadi tergila-gila pada Syams. keasyikan dengan Syams itu membuat ia berjarak dengan murid-muridnya. hingga para mmurid dan pengikutnya cemburu dan benci melihat pribadi, perilaku serta kehidupan Syams.

Tidak lama setelah merayakan pertemuan itu, Syams al-Dien tiba-tiba menghilang, kepergian Syams membuat Rumi kesepian dan putus asa. hilangnya Syams al-Dien menimbulkan kerinduan dalam jiwanya dan memicu Rumi untuk menggubah hasrat kerinduannya menjadi beberapa lirik puisi Persia. ia lagukan lirik itu sambil mengharap kembalinya Syams al-Dien.

Akhirnya Rumi mengetahui bahwa Syams al-Dien pergi ke Damaskus, lalu ia mengutus putra tertuanya, Sultan Walad untuk mengajak Syams al-Dien kembali ke Konya. dan sesampainyadi Konya, Syams al-Dien menempati rumah Maulan dan menikahi gadis muda pelayan rumah. dia menetap disana hingga tahun 1248, sebelum akhirnya menghilang sekali lagi dan tidak pernah ditemukan kembali.

Aflaki -salah seorang penulis awal biografi Rumi- melontarkan tuduhan pada anak kedua Rumi, bahwa ia lah sesungguhnya yang membunuh Syams al-Dien. dan beberapa peneliti kehidupan Rumi mempercayai kebenaran tuduhan itu. sedang bagi Rumi, perpisahan itulah yang justru mengejutkannya. ia memutuskan untuk pergi sendiri ke kota-kota dimana ia kira Syams al-Dien berada. ia pergi ke satu atau dua kota, untuk mencari sahabatnya itu. namun tiada bertemu jua, hingga akhirnya ia pasrah.

Dan dalam kepasrahannya itu ia berkata "aku tidak akan mencari lagi. aku akan mencari diriku sendiri. sebab, segala yang ada dalam diri Syams al-Dien, juga ada dalam diriku".

Ya, Syams al-Dien -Sang Guru Spiritual itu- telah mengantarkan Rumi menemukan kediriannya. Rumi telah menjadi Matahari karena pancaran matahari dari Tabriz.

0 komentar:

Post a Comment