Recent

Monday, March 28, 2011

Permulaan gerakan hati dan pikiran menuju Ibadah

Pada permulaannya, di hati seseorang tergerak begini :
"Kita ini selalu dikaruniai berbagai nikmat oleh Allah SWT (seperti nikmat hidup, dapat berbuat berbagai macam hal, diberi akal, bisa berbicara, serta semua sifat mulia dan diberi berbagai kelezatan, disamping tersingkirnya aneka urusan dan penyakit yang merugikan diri kita) Dzat Yang Maha Memberikan kenikmatan yang beragam ini tentu menuntut kepada kita, agar kita bersyukur dan melayani-Nya. jika kita lalai dari melayani dan bersyukur kepada-Nya, pasti Dia akan menghilangkan nikmat-nikmat itu dari diri kita dan sebaliknya akan menghukum kita. Allah SWT yang menganugerahi segala rupa nikmat itu telah mengutus seorang hamba kepada kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang dikukuhkan dengan mukjizat luar biasa yang tidak bisa dialami oleh manusia lain. utusan ini sudah menceritakan kepada kita bahwa kita mempunyai Tuhan yang Maha Agung, Maha Kuasa, Maha Mengetahui, hidup, berkehendak, berFirman, memerintah dan melarang, Tuhan yang kuasa menghukum kita bila kita berbuat maksiat dan kuasa memberi pahala kepada kita bila kita tha'at. Tuhan yang Maha Mengetahui segala apa yang kita sembunyikan dan gerak-gerik pikiran kita. Dia telah memberikan janji dan ancaman, serta memerintahkan agar kita senantiasa melaksanakan peraturan-peraturan agama Islam".

Jika di hati seseorang ada gerak-gerik semacam ini, maka di hatinya tentu ada rasa bahwa tuntutan agar bersyukur dan melayani-Nya itu merupakan suatu hal yang mungkin. Karena, akal manusia tidak menganggap mustahil akan permulaan datangnya gerakan hati tersebut.

Sesudah itu, seseorang akan merasa takut, mengkhawatirkan dirinya, bagaimana nanti seandainya ada tuntutan dari Allah SWT. keadaan seperti ini disebut Khatir Faza' (gerakan hati yang menimbulkan rasa takut), yaitu gerak hati yang mengingatkan dan mendesak seseorang dengan hujjahnya, serta menolak semua alasan. juga mendorongnya agar berfikir dan mendatangkan dalil.

Kalalu sudah begitu, hamba tersebut akan tentu bergerak, hatinya selalu resah memikirkan bagaimana supaya selamat, aman, tenteram dari apa yang terjadi di hatinya, atau apa yang didengar telinganya.

Akhirnya, jalan yang kita temukan hanyalah merenungkankan dalil dan membuat dalil tentang ciptaan (makhluk) Allah Ta'ala yang dapat menunjukkan kepada kita adanya Dzat Pencipta, supaya bisa memiliki ilmul-yaqien, mengetaui apa yang tidak terlihat oleh mata kepala dan mengetahui bahwa kita mempunyai Tuhan yang memberi tugas, memerintah dan mencegah diri kita. ini adalah permulaan jalan rumit yang akan kita hadapi pada perjalanan Ibadah kepada Allah Ta'ala, yang disebut "Aqabatul 'Ilmi wal Ma'rifat" (jalan Ibadah berupa ilmu dan ma'rifat).

Jalan ini harus dilalui agar dalam urusan Ibadah senantiasa waspada. kita mulai melangkah untuk menempuh 'Aqabah ilmu ini yang mesti dilewati dengan baiknya perenungan terhadap dalil-dalil dan sempurnanya pemikiran, belajar serta bertanya kepada Ulama' yang mengurus kepentingan hidup di akhirat yang menjadi penunjuk jalan, pelita dan penuntun umat, juga mengambil faedah (manfaat) dan meminta do'a yang baik dari Ulama' akhirat.
Semoga kita mendapatkan kemudahan dan pertolongan Allah Ta'ala untuk bisa melampaui jalan-jalan yang rumit dalam suatu Ibadah, amin.

Dengan begitu, kita akan memperoleh keyakinan terhadap keadaan yang samar, yakni bahwa kita mempunyai Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan yang tidak sesuatupun menyekutui-Nya. akhirnya, kita dapat menemukan dan mengenal Tuhan, setelah sebelumnya bodoh dan tidak mengetahui apa-apa.

0 komentar:

Post a Comment