Seorang guru pernah berkata :
“Didalam diri tidak ada pribadi yang berbuat, dan diluar diri tidak ada pribadi yang terkena perbuatan”.
Penjelasannya begini :
Pikiran yang dikuasai oleh nafsu-nafsu adalah penyebab dari ketidak bahagiaan. Penyebab penderitaan terletak didalam diri kita sendiri dan jika penyebabnya ini masih bisa mempengaruhi kita, maka kita tidak akan pernah dapat mengalami kedamaian sejati atau keharmonisan sejati.
Kita tidak dapat menekan pikiran-pikiran negatif ini. Jika kita menekannya maka pikiran-pikiran ini akan masuk kedalam tingkat pikiran bawah sadar. Nafsu-nafsu dan pikiran-pikiran negatif ini adalah alami. Apabila kita tidak memiliki hal ini kita akan merasa bukan manusia. Untuk itu, hal pertama yang (lebih baik) kita lakukan adalah mengamatinya. Jadi, maksud dari perkataan seorang guru tersebut adalah dengan mengamati berarti didalam diri kita tidak ada pribadi yang berbuat dan diluar diri kita tidak ada pribadi yang terkena perbuatan.
Amatilah realitas didalam diri kita sendiri, kita mengamati nafsu sebagai nafsu, kemarahan sebagai kemarahan, kebencian sebagai kebencian, dan ego sebagai ego. Kita hanya mengamati secara obyektif segala kekotoran yang muncul didalam pikiran tanpa mengidentifikasikan diri kita dengan negatifitas tertentu.
Seperti halnya ketika kita duduk di tepi sungai, mengamati air sungai yang alami, kita tidak melakukan suatu usaha apapun, tidak ingin merubah aliran sungainya, tidak basah dan tidak terhanyut oleh aliran sungai itu. Kita duduk di pinggir dan hanya mengamati aliran itu deras atau pelan, airnya jernih atau kotor. Air bergulung-gulung mengalir sebagaimana adanya dari waktu ke waktu.
Demikian pula kita mengamati nafsu-nafsu yang mengalir pada pikiran kita. Ini merupakan pengamatan terhadap kebenaran sebagaimana adanya, bukan seperti kehendak kita, tapi seperti apa adanya...realitas disini dan saat ini.
Misalnya kita sedang marah, sadarilah bahwa kemarahan itu telah muncul dalam diri kita. Jangan mencoba merubah, mengalihkan atau mendorongnya keluar, tetapi amatilah (terlebih dahulu). Amati dan sadari keadaan batin yang sedang marah. Amati dan amati terus, maka kita akan merasakan bahwa kemarahan itu semakin lama akan semakin lemah dan akhirnya lenyap dengan sendirinya. Hal ini juga berlaku untuk semua emosi-emosi negatif dan nafsu-nafsu negatif lainnya.
Dan yang lebih penting lagi, janganlah kita berusaha menekan kemarahan itu. Karena apabila kemarahan itu ditekan, maka kemarahan itu akan masuk ke dalam tingkat pikiran bawah sadar yang akan menadikan bom waktu bagi diri kita sendiri. Biarkan kemarahan itu berlalu dan kita mengamatinya tanpa reaksi.
Saya mengambil contoh kemarahan, itu karena kemarahan adalah salah satu dari banyaknya nafsu negatif yang sering muncul dalam diri seseorang dan salah satu nafsu negatif yang sangat mudah muncul disertai dengan perbuatan, bahkan bisa timbul secara spontan. Pada awalnya memang sulit untuk mengamati nafsu-nafsu yang abstrak ini, bahkan seringkali kita terlambat untuk menyadarinya. Ketika nafsu (amarah) telah menguasai kita, dan kita telah bereaksi baik melalui perkataan atau fisik, barulah kita menyadarinya dan bahkan menyesalinya. Hal ini sebenarnya karena pengamatan kita terputus pada saat pikiran kita teralih perhatiannya dan bereaksi terhadap pengaruh dari luar.
Diringkas dari buku: INSAN KAMIL (manusia yang sempurna). Karya Ir. Yan Saputra.
Friday, March 18, 2011
Home »
Manajemen hati
» Meredam nafsu (negatif) dengan cara mengamatinya
0 komentar:
Post a Comment