Bila kita bertanya : Bagaimana mungkin seseorang dapat hidup tanpa melakukan dosa sama sekali (baik dosa kecil maupun dosa besar), sedangkan mengenai para Nabi Allah sendiri (yang merupakan hamba-hamba mulia di sisi Allah) --terdapat perselisihan pendapat di kalangan para Ulama’—apakah mereka dapat mencapai kedudukan ini (tidak berdosa sama sekali) ataukah tidak.?
Perlu kita tahu bahwa seseorang yang sama sekali tidak melakukan dosa apapun, merupakan suatu hal yang bisa terjadi dan tidak mustahil. Hal itu adalah sesuatu yang gampang bagi Allah SWT. Undang-undang Allah Ta’ala menyebutkan : “Allah mempunyai wewenang menentukan orang yang Dia kehendaki untuk menerima rahmat-Nya”.
Biasanya, untuk melakukan taubat, seseorang harus dengan tidak sengaja melakukan dosa (terlebih dahulu). Adapun kalau seseorang terjerumus kedalam dosa lantaran lupa atau keliru, maka yang demikian itu bisa dimaafkan dengan anugerah Allah Ta’ala. Ini merupakan suatu hal yang mudah bagi seseorng yang diberi Taufik oleh Allah Ta’ala.
Bila kita berkata : Yang mencegahku untuk bertaubat hanyalah karena aku mengerti bahwa aku pasti bakal kembali melakukan dosa dan tentu tidak akan mampu terus menetap pada taubat. Jadi, tidak ada gunanya aku bertaubat.
Jika memang begitu, maka perlu kita tahu bahwa yang kita kemukakan itu sebenarnya termasuk diantara bujukan-bujukan setan. Dari mana kita tahu bahwa kita pasti akan kembali melakukan dosa.? Bisa jadi kita terlebih dahulu mati dalam keadaan taubat, sebelum kita terperosok kedalam dosa lagi. Mengenai kekhawatiran akankembali melakukan dosa, itu adalah tugas kita untuk mempunyai tekad kuat dan bersungguh-sungguh tidak akan kembali melakukan dosa, dan Allah yang akan menyempurnakan tekad kita. Jika Allah Ta’ala menyempurnakannya, itulah yang dimaksud dengan anugerah dari-Nya. Dan kalau Allah Ta’ala tidak menyempurnakannya, maka kita sudah beruntung, karena Allah Ta’ala mengampuni dosa kita yang sudah lewat dan kita terlepas dari dosa, kecuali dosa yang kita bayangkan akan ada sesudah bertaubat itu.
Ini merupakan keuntungan besarr dan faedah yang sangat agung. Jadi, angan sampai kita tercegah dari taubat hanya karena takut akan kembali melakukan dosa. Dengan demikian, lantaran taubat...kita sesungguhnya berada diantara dua kebaikan.
Semoga Allah SWT memberikan taufik dan hidayah kepada kita. Amiin.
Friday, March 18, 2011
Home »
Manajemen hati
» JIKA KITA BERTANYA, JIKA KITA BERKATA (Taubat An-nashuha, bagian 2)
0 komentar:
Post a Comment