Recent

Syeikh Abul Hasan Asy Syadzili : Tentang "Siksaan"

Siksaan itu terdiri dari empat macam : 1. Siksaan melalui adzab. 2. Siksaan melalui hijab. 3. Siksaan melalui pengekangan , dan 4. Siksaan ...

Gus Dur : Tentang tasawuf dan Wihdatul Wujud (Manunggaling kawula lan Gusti)

Di dalam sebuah buku, Alwi Shihab pernah memaparkan bahwa penyebaran Islam di Negeri ini dilakukan antara lain oleh kaum Ulama pesantren.

Dari Mujahadah ke Muraqabah, sampailah pada Musyahadah

Mujahadah : Berjihad menumpas hawa nafsu yang menghalangi jiwa untuk dekat kepada Allah Ta’ala. Muraqabah : Memperhatikan gerak-gerik hati,...

Kita sering merasa yakin, tahukah apa itu "Yakin"?

Dan diantara tanda-tanda Ulama’ Akhirat itu ialah sangat bersungguh-sungguh menguatkan keyakinan. Karena keyakinan itu adalah modal Agama....

Menjadi Manusia Yang Manusiawi

Maksud dari kalimat "Manusia yang manusiawi" adalah menjadi manusia yang baik dan benar, serta manusia yang benar dan baik.

Thursday, November 17, 2011

Kisah Ganjil Seputar Rabi'ah Al Adawiyah

Dalam buku Shofwah Al Shofwah, Ibnu Al Jawzi meriwayatkan melalui sanad yang sampai kepada pelayan Rabi'ah Al Adawiyah, Abidah binti Syawil. Ia berkata :"Rabi'ah bercerita tentang tuannya pada masa akhir hayatnya:

"Rabi'ah Al Adawiyah adalah sosok wanita yang menghabiskan malamnya dengan Qiyamul Lail (shalat). sewaktu fajar menyemburat diufuk timur, beliau masih tertidur lelap di atas sajadahnya. dan ketika fajar menyingsing beliau terbangun tergagap-gagap sambil berdo'a, "Wahai nafsu, berapa lama engkau tertidur dan sampai kapan engkau tetap tertidur? kuingatkan kepadamu, bahwa tidurmu sesaat saja hanyalah menopang penyesalan di hari manusia dikumpulkan." beliau selalu mengulang do'a itu setiap terbangun dari tidur sampai maut menjemputnya.

Ketika kematian telah menghampiri, beliau memanggil saya dan berpesan, "Jangan biarkan seorangpun menodai mayatku. kafanilah aku dengan jubah yang kukenakan ini". dan beliau pun menutuo mata untuk selamanya.

Abidah melanjutkan, "Ketika beliau sudah meninggal, saya mengkafaninya dengan jubah yang dipesankan. dengan jubah itulah beliau menemui Allah Ta'ala."

Ungkapan "Wahai nafsu, berapa lama engkau tertidur dan sampai kapan engkau akan tetap tertidur? aku peringatkan padamu bahwa bahwa tidurmu sesaat saja hanyalah menopang penyesalan di hari manusia dikumpulkan." mengekspresikan perasaan sufistik yang sangat jarang terjadi dan terkesan ganjil. beliau menghabiskan waktu malamnya untuk terus beribadah, dan mencerca keterlambatan bangunnya di waktu fajar. beliau merasa kehilangan kesempatan bermunajat kepada Allah Ta'ala di waktu sahur dimana orang-orang sedang tidur mengistirahatkan badan. kita melihat ratapan puitisnya yang bermuatan do'a penyesalan, dan semua itu bertolak dari persaan-perasaan sufistiknya.