Recent

Syeikh Abul Hasan Asy Syadzili : Tentang "Siksaan"

Siksaan itu terdiri dari empat macam : 1. Siksaan melalui adzab. 2. Siksaan melalui hijab. 3. Siksaan melalui pengekangan , dan 4. Siksaan ...

Gus Dur : Tentang tasawuf dan Wihdatul Wujud (Manunggaling kawula lan Gusti)

Di dalam sebuah buku, Alwi Shihab pernah memaparkan bahwa penyebaran Islam di Negeri ini dilakukan antara lain oleh kaum Ulama pesantren.

Dari Mujahadah ke Muraqabah, sampailah pada Musyahadah

Mujahadah : Berjihad menumpas hawa nafsu yang menghalangi jiwa untuk dekat kepada Allah Ta’ala. Muraqabah : Memperhatikan gerak-gerik hati,...

Kita sering merasa yakin, tahukah apa itu "Yakin"?

Dan diantara tanda-tanda Ulama’ Akhirat itu ialah sangat bersungguh-sungguh menguatkan keyakinan. Karena keyakinan itu adalah modal Agama....

Menjadi Manusia Yang Manusiawi

Maksud dari kalimat "Manusia yang manusiawi" adalah menjadi manusia yang baik dan benar, serta manusia yang benar dan baik.

Friday, November 27, 2009

KONSEP BERFIKIR

Tentu tidak semua berfikir menghasillkan kebangkitan. hanya proses berfikir yang hakiki saja yang menghasilkan kebangkitan itu. Kadang seseorang tidak memperhatikan apakah yang dilakukannya dalam berfikir merupakan hal yang esensi, prinsip, atau praktis. Ketiganya tentu berbeda. mari kita lihat piramida sistem berpikir berikut.

1. Esensi
Pada hakikatnya seseorang berpikir secara esensi (inti) terlebih dahulu. tanpa berpikit hal yang esensi maka tidak akan berujung pada kebenaran apalagi kebangkitan. pemikiran yang esensi dalam kehidupan ini adalah untuk menjawab sebuah pertanyaan dasar, "untuk apa kita berada di dunia ini?", Juga pertanyaan aasasi "Dari mana asal kita dan mau kemana kita setelah mati?", pertanyaan-pertanyaan itulah yang harus dijawab. dari awal pertanyaan tadi akan berkembang pemikiran esensial tersebut bahwa sesungguhnya keberadaan kita di bumi ini adalah untuk mengabdi kepada Tuhan ala semesta ini. keberadaan kita di muka bumi sebagai Khalifatullah.
Oleh karena itu, manusia sebelum berkiprah di dunia harus melakukan perenungan, tafakur, dan berpikir mengenai hal yang esensi ini. dalam ajaran islam, hal yang esensi adalah aqidah. keimanan terhadap Tuhan. keyakinan inilah yang menjadi pendorong seseorang dalam berpikir dan bertindak selanjutnya. keimanan juga menjadi dasar bagi setiap muslim dalam beraktivitas.
2. Prinsip
Setelh berpikir tentang hal yang esensi maka selanjutnya barulah kita melangkah menuju suatu prinsip. sebuah prinsip berbeda dengan esensi. prinsip adalah hal yang membatasi esensi. sesuatu yang esensi adalah sebuah inti. tanpa suatu pembatas maka ia bukan lagi sebuah esensi (inti). pembatas dari inti adalah suatu prinsip, jika esensi itu satu (karena ia adalah inti) makaprinsip bisa beberapa (namun tidaklah banyak).
Berpikir tentang hal-hal prinsip juga penting. sebab hal itu menjadi penjabaran dari hal yang esensi. seseorang yang berpikir dalam kerangka Islam, ia akan melihat masalah aqidah adalah hal yang esensi. sedangkan rukun iman dan rukun Islam adalah prinsip yang harus dijalankan. juga ilmu ushul fiqih (ilmu mengenai dasar agama Islam) adalah hal-hal prinsip yang merupakan pokok dari ajaran Islam. kaidah tersebut merupakan rumus dari penjaabaran aqidah maupun ajaran Islam.
Seseorang kadang sudah memahami hal yang esensi tapi gagal dalam menerjamahkan suatu prinsip. kadang prinsip yang dijabarkan itu melenceng dari esensinya. sebuah contoh konkret yang sekarang ini berkembang adanya asas pluralitas dalam beragama. seorang yang berpikir sistematik akan menyadari bahwa puncak segitiga adalah satu, yaitu hal yang esensi. oleh karena itu, hal yang esensi tersebut sebagaimana dijelaskan bahwa hal itu adlah inti, adalah satu pula. sebuah kebenaran tentang hal esensi adalah tunggal yaitu keesaan Allah SWT.
di atas sudah dijelaskan bahwa hal yang esensial adalah aqidah Islam. aqidah Islam adalah keimanan bahwa Tuhan adalah satu, yaitu tauhiid. namun demikian, ada pula kalangan yang menganut ajaran Islam yang berarti tauhiid, menganut pula prinsip pluralisme yang menyatakan semua agama adalah benar. di atas engakui hanya satu, kemudian dibawah mengakui yang lainnya juga. pluralisme memang baik tapi bukan untuk masalah aqidah atau hal yang esensial, seperti keyakinan terhadap suatu agama. orang yang berprinsip pluralisme dalam beragama gagal membuat prinsip yang menjabarkan esensi dala sistem berpikirnya.
3. Praktis
Setelah berpikir maslah prinsip,seesorang bisa memikirkan masalah-masalah praktis, berdasarkan hal yang esensi dan prinsip tersebut. hal yang praktis banyak sekali dan merupakan penjabaran dari esensi maupun prinsip. jumlahnya bisa tidak terbatas tapi tidak lepas dari koridor segitiga di atas. dalam ajaran islam, hal-hal praktis merupakan kajian fiqih mengenai perbuatan seseorang. disana akan dibahas perbuatan-perbuatan yang wajib, sunnah, mubah, haram dan juga makruh. tak ketinggalan masalah akhlal atau perbuatan moral yang sesuai dengan kaidah islami.
Dengan menjalankan sistematika berpikir ini maka seseorang akan mudah dalam menjalankan kehidupannya. tidak terombang ambing oleh suasana kehidupan. pemikirannya
fokus tidak kesana kesini tanpa arah. juga akan mudah menyelesaikan problematika hidup. yaitu dari hal-hal yang praktis ditarik kepada masalah prinsip dan kemlbali kepada sesuatu yang esensi. seorang muslim yang tahu akan potensi ini sudah seyogianya mengacu kepada sistem berpikir seperti ini. demikianlah yang dilakukan Rasulullah SAW dan para sahabat serta generasi pertama dulu sehingga mereka menjadi bangsa yang memimpin dunia.

Wednesday, November 25, 2009

Dialektika - Metode Socratik (pertanyaan adalah ilmu)


Dialektika pada mulanya memang seolah-olah tampak seperti menunjuk pada suatu perdebatan dengan tujuan utama mementahkan argumen seseorang atau membawa seseorang kepada kontradiksi-kontradiksi, dilema atau paradoks. namun sebenarnya dari semua itu hanya ingin berupaya untuk menggali hakikat dari seusatu hal melalui proses pertanyaan.
Sebagian besar dialog (debat) menggunakan metode filsafat yang diciptakan Socrates (Metode Socratik), kadang-kadang dinamakan Metode Dialektika. metode ini merupakan pencarian ilmu dengan menggunakan pertanyaan dan jawaban. pertanyaan yang dikemukakan biasanya menurut tema yang sedang dibicarakan, bisa juga pertanyaan umum yang terlihat sepele namun jika dipertanyakan akan mnenjadi sesuatu yang sulit dicari hakikatnya (terkadang kita sering mengucapkan sesuatu namun acuh tak acuh tentang apa sebenarnya arti dari sesuatu yang telah kita ucapkan).
Seperti contohnya apa itu kebajikan? apa itu keberanian? apa itu keadilan? dsb. jawaban yang diberikan pendengarnya adalah suatu definisi lantas kita melanjutkan dengan meentahkan masing-masing definisi lalu mengemukakan suatu contoh (argumen) pembalik yang terancang secara cepat bahwa definisi mereka (pendengar) itu masih terlalu sempit, terbatas, atau bias dan tak berdasar.
Metode socratik menggunakan teknik contoh pembalik untuk memunculkan serangkaian pertanyaan yang memperbanyak contoh dan kasus, untuk dimasukkan dalam definisinya.
Sebuah definisi harus menyatakan persamaan-persamaan yang dimiliki oleh suatu contoh, kasus, pemisalan dan pengandaian. misalnya saja contoh keberanian, keadilan, dsb. kadangkala ada sebuah pertanyaan dengan banyak definisi tapi tak satupun dari definisi-definisi tersebut bisa diraih sebuah hakikat arti/makna meskipun banyak yang telah dimentahkan.
Maka kita bisa mengambil sebuah kesimpulan bahwa dari pertanyaan-pertanyaan pembalik itu bisa kita petik sebuah ilmu (yang mungkin belum kita dapat dari pengetahuan yang telah kita dapat sebelumnya), ilmu yang mempunyai arti lebih dalam. dari sini kita juga akan bisa mendapatkan hikmah lainnya yaitu kita bisa memilah sebuah pertanyaan, apakah pertanyaan itu memiliki bobot (nilai) atau tidak.

Tuesday, November 24, 2009

"Hati" (The Questions for heart)


Banyak orang membicarakan tentang hati. begitu mudah pula orang berkata soal hati. tapi apakah mereka tahu apa itu hati? bagaimana sebenarnya hati itu? dan seperti apa sebenarnya hati kita itu?
Sempatkah terpikir bagaimana bisa sebuah hati yang mungil yang ada dalam tubuh kita bisa menampung segala memori-memori yang telah kita dapatkan selama hidup kita?
bagaimana juga hati bisa merasakan sakit yang luar biasa manakala kita tersakiti oleh sesuatu hal yang menyakitkan? berbicara soal hati mungkin akan ada jutaan referensi yang berbeda, apakah hati itu hanyalah segumpal darah pekat.?!
Lebih gampangnya kita bisa mengatakan bahwa hati itu sebenarnya adalah "ruang" yang terbagi oleh sekat (pembatas) menjadi dua bagian, kebaikan (Muttaqiin) dan keburukan (Munafiqiin). lantas bagaimana kita bisa mengetahui hati yang mana yang lebih dominan dalam diri kita, oleh karena itulah mengapa kadang kita dihadapkan oleh berbagai pilihan yang (kadang) membingungkan bagi kita. saat itulah kontradiksi (antara kebaikan dan keburukan) itu berkompetisi menguasai keadaan. dalam pembahasan sebelumnya (manajemen jiwa 2) disebutkan bahwa hati adalah raja dan pikiran adalah penglima (hakim) dalam tubuh kita. seperti halnya disini, hati akan menentukan sesuatu yang selanjutnya akan mengutus pikiran kita untuk mengambil sebuah keputusan. keputusan yang baik adalah hasil dari dua kontradiksi (hati baik dan hati yang buruk) dimana kebaikanlah yang menang. pun begitu sebaliknya, keputusan yang buruk adalah hasil dari dua konrtadiksi itu (dimana keburukan adalah pemenangnya).
Mungkin disinilah pentingnya selalu menjaga hati (untuk tetap teguh, tegar, dan yakin) pada sebuah prinsip dan keyakinan agar hati kita tetap tenang dalam menghadapi segala situasi yang sulit. hati yang tenang akan senantiasa menghasilkan pikiran yang jernih.
Bersambung...

Friday, November 20, 2009

Pemahaman Rasional (intelektual)


Perubahan dari pengetahuan petani yang tradisional tidak alamiah ke ahli tumbuhan yang ilmiah atau ke ilmu matematis para ahli astronomi ini merupakan perubahan yang kita katakan dengan naik dari keyakinan ke pemahaman akal. dan dalam melakukan penigkatan ke tingkatan ketiga pada tangga pengetahuan, sekarang kita harus mencapai sigifikansi garis terpisah.
Untuk tingkatan ketiga yang kita bahas sekarang, kita telah melampaui pembagian utama dari garis pengetahuan, memasuki alam pemikiran, meninggalkan gua keyakinan sehari-hari dan tingkatan fantasi yang lebih rendah, serta berjuang menapak menuju cahaya matahari, meniggalkan objek konkret alam kasat mata, objek sehari-hari yang dicerna oleh tahanan didalam gua (analogi gua : plato).
namun, objek seperti apa yang sedang kita coba tapaki menuju cahaya matahari? objek apa yang kita ketahui dengan daya intelektual ketika kita menyeberang garis menuju alam pemikiran? jawabannya ada pada pengetahuan bahwa objek yang kita ketahui dengan pemahaman intelektual atau rasional pada tingkatan ketiga yaitu pengetahuan merupakan konsep sejati sebagai dasar perlawanan kita terhadap objek keyakinan.
jika objek persepsi adalah sesuatu yang konkret, maka objek intelektual adalah objek yang abstrak, jika objek persepsi adalah benda tampak, maka objek intelektual adalah konsep umum atau universal, dan jika objek persepsi bisa diubah (dalam prosesnya / dalam proses perubahan), maka objek intelektual adalah yang tak berubah.
semua ini masih dalam lingkup alam pemikiran (yang sering berlawanan dengan hati), belum sampai pada dunia hati (dimana pemikiran bisa menjadi budak oleh kekuasaan hati sebagai raja dalam tubuh kita).

Thursday, November 19, 2009

- Kebijaksanaan Sejati -


satu-satunya kebijaksanaan sejati terkandung dalam pengetahuan bahwa kita tidak tahu. ketika kita mendatangi orang-orang yang menyatakan bahwa mereka adalah orang-orang bijak, maka kita justru akan mendapati jawaban bahwa orang yang paling bijak adalah orang yang mengatakan diri mereka tidak bijak. bagaimana bisa orang-orang yang mengatakan tidak bijak dikatakan sebagai orang yang paling bijak? karena paling tidak mereka lebih tahu bahwa mereka tidak tahu apa-apa.
misalnya, coba kita datangi beberapa penyair untuk mengetahui apakah mereka bijak atau tidak. kebanyakan kita akan mendapati bahwa mereka menciptakan puisi bukan dengan sebuah kebijaksanaan melainkan dengan sebuah inspirasi (pengecualian jika puisi mereka tercipta dari sebuah cerminan hati). (sebagian besar) para penyair itu seolah berpikir bahwa mereka adalah orang paling bijak karena puisi-puisinya.
hal ini cenderung menafikan pengetahuan sejati yang mereka miliki, bahwa kebijaksanaan tidak bisa didapat dari sebuah inspirasi atau pemikiran, melainkan dari sebuah kesadaran diri, atau lebih tepatnya dari sebuah cermin hati.
kesimpulannya, orang yang sadar bahwa mereka tidak tahu apa-apa akan selalu berusaha menentukan sesuatu yang lebih baik (bahkan bisa jadi lebih dari sesuatu yang bijak sekalipun).
selamat datang di dunia hatimu...!!!

Easier to run

it's easier to run
Replacing this pain with something numb
It is so much easier to go
Than face all this pain here all alone
Something has been taken
From deep inside of me
A secret I have kept locked away
No one can ever see
Wounds so deep they never show
They never go away
Like moving pictures in my head
For years and years they have played
If I could change I would
Take back the pain I would
Retrace every wrong move that I made I would
If I could take all the shame to the grave I would
Sometimes I remember
The darkness of my past
Bringing back these memories
I wish I did not have
Sometimes I think of letting go
And never looking back
And never moving forward so
There would never bee a past
Just washing it aside
All of the helplessness inside
Pretending I do not feel misplaced
Is so much simpler than change

It is easier to run replacing this pain with something numb
It is so much easier to go
Than face all this pain here all alone

Wednesday, November 18, 2009

Kebajikan adalah suatu pengetahuan

Prinsip bahwa kebajikan merupakan suatu pengetahuan adalah bahwa untuk mengatahui kebaikan adalah dengan melakukan kebaikan. kejahatan, kekeliruan atau semacanya muncul karena kurangnya pengetahuan, ketidakacuhan, dan ketiadaan lainnya. jika mengetahui kebaikan adalah dengan melakukan kebaikan, maka kekeliruan hanya datang dari kegagalan untuk mengetahui apa yang baik. "Tak ada orang yang melakukan kejahatan secara sukarela", kalau mengetahui kebaikan tentang sesuatu (dalam hal apapun itu), seseorang tak mungkin bermaksud memilih kejahatan.
Mungkin kita sering mendengar orang berkata "saya bertindak berlawanan dengan penilaianku yang lebih baik", atau "saya benar-benar lebih tahu?". mungkin hal ini konyol, karena jika kita benar-benar lebih tahu, jikan kita bear-benar lebih paham tentang hal yang lebih baik untuk dilakukan maka kita pasti akan melakukannya. jika kita benar-benar memiliki penilaian yang lebih baik dari yang kita gunakan, maka kita pasati bertindak berdasarkan penilaian tersebut, dan bukannya berlawanan. ketkan seseorang melakukan tindak kejahatan atau kekliruan, pastilah itu didasarkan pada pemikiran bahwa tindakan itu akan ada eksesnya, ada keuntungannya. seorang pencuri tahu bahwa mencuri itu adalah salah, tapi dia mencuri cincin berlian karena dia meyakini bahwa hal itu akan memikat perempuan, atau akan membuat dia kaya sebagai keuntungannya. begitu pula orang-orang yang menghabiskan hidupmya demi mengejar kekuasaan, gengsi atau kekayaan. mereka melakukannya karena berpikir bahwa salah satu dari tindakan itu akan membawa kebahagiaan bagi mereka.
seseorang harus tahu sifat alamiah manusia, supaya mengerti apa yang baik bagi manusia dan apa yang akan bisa membawa kebahagiaan, serta supaya mengerti bagaimana hidup dan apa yang harus dikejar untuk diraih. tanpa memperhatikan ini, tak akan pernah tahu apa yang baik bagi manusia dalam sebuah kehidupan, mengejar demi mencapai sesuatu namun tak pernah mendapatkan kebahagiaan, kehidupan seperti bisa dikatakan "kehidupan yang tak teruji, sedangkan kehidupan yang tak teruji tidak layak disebut hidup" (Socrates : Seri Petualangan Filsafat).